Yanuar Prihatin : Seni Kreatif Angklung Bisa Menjadi Branding Kuningan



KUNINGAN (KN),- Seni Kreatif Angklung bisa dijadikan icon atau branding untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuningan.





Hal itu diungkapkan anggota Fraksi PKB DPR RI, Yanuar Prihatin, pada saat Silaturahmi Media Gathering di Rageman Coffee Resto, Desa Gunungkeling, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Minggu (26/2/2023) sore.

Menurut, wakil rakyat dari Dapil Jabar 10 (Kuningan, Ciamis, Banjar dan Pangandaran) itu, ada beberapa pilihan untuk menentukan branding Kabupaten Kuningan tetapi parameternya harus jelas dan logis.

Ia memberikan lima alternatif, pertama, Kota Industri. Apakah kondisi lokalnya kompatibel atau tidak. Kemudian, geografisnya, memungkinkan atau tidak.

Bicara kota industri, Kabupaten Majalengka lebih leading karena akses ke jalan tol, pelabuhan dan bandara lebih dekat. Makanya untuk Kabupaten Kuningan bukan pilihan karena membuang waktu, pikiran dan anggaran.

"Orang akan memilih investasi industrialisasi ke Majalengka dibandingkan ke Kuningan," kata Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu.

Pilihan kedua, Kota Jasa dan Perdagangan, menurutnya icon itu sudah diambil Kota Cirebon karena letak geografis perlintasan. Pilihan ini jangan dipaksakan oleh Kuningan.

Ketiga, Kota Pendidikan, harus dipertimbangkan persaingan dengan daerah lain yang sudah puluhan tahun berinvestasi di dunia pendidikan, misalnya Bandung dan Yogyakarta.

"Jadi meng-up Kuningan sebagai kota pendidikan di masa depan kalah bersaing dengan daerah lain, sehingga tidak memungkinkan," ujarnya.

Keempat, Pusat Kerajinan Berbasis UMKM, Kuningan kalah oleh Bali karena disana banyak warga yang ahli membuat patung dan seni ukir.

"Jangankan dengan Bali, menurut saya dibandingkan daerah tetangga lebih maju Tasik dan Ciamis," katanya.

Kemudian pilihan lainnya pariwisata. Bidang ini ada tiga klaster, pertama, berbasis alam (Gunung Ciremai).

"Saya tanya kalau orang ditawari wisata ke Gunung Ciremai atau Gunung Bromo, orang akan memilih Gunung Bromo. Artinya pariwisata berbasis alam di Kuningan persaingan dengan daerah lain sangat berat," katanya.

Wisata alam Gunung Ciremai masih bisa dilakukan tetapi bukan sebagai branding Kabupaten Kuningan yang menjadi icon untuk mendatangkan peningkatan ekonomi.

Selanjutnya, pariwisata berbasis spiritual (wisata religi) Kuningan kalah oleh Cirebon ada Gunung Jati.

Terakhir, pariwisata berbasis seni kreatif, kekuatannya ada pada manusianya, orisinal ide, inovasi tetapi harus ada dasar, maka lima ukuran harus dipakai.

Terdiri dari, akar sejarahnya, mudah dipublikasi, memasyarakat, investasi murah, pasar internasional sudah terbentuk. Jika syarat ini sudah ada di Kuningan maka seni kreatifnya bisa dilakukan.

"Setelah saya mencari data ternyata pencipta tangga nada pada alat seni angklung semula pentatonis (tradisional) menjadi diatonis (modern) berasal dari Citangtu Kabupaten Kuningan," katanya.

(Informasi yang dihimpun kamangkaranews.com, sebenarnya penciptanya yaitu Kucit, nama aslinya Muhammad Sotari dari Citangtu Kabupaten Kuningan, kemudian diteruskan oleh muridnya bernama Daeng Sutigna).

Lebih lanjut Yanuar mengatakan, seni musik angklung diatonis sejak diperkenalkan ketika HUT Perundingan Linggajati, sudah bisa mendunia.

"Jika di Kabupaten Kuningan bisa menyelenggarakan festival angklung internasional setahun dua kali maka akan mendatangkan uang dari luar, mulai dari hotel, restoran, pengrajin bambu dan lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi," katanya.

Pewarta : deha.


Diberdayakan oleh Blogger.