Di Indonesia, Politik Identitas Tidak Boleh Tumbuh Subur




JAKARTA (KN),- Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, Bambang Soesatyo, mengatakan, mengutip data Badan Pusat Statistik 2018, terdapat 1.211 bahasa dan 1.158 diantaranya adalah bahasa daerah. Teridentifikasi pula 1.340 suku di Indonesia.

Suku Jawa menempati posisi pertama yakni 41 persen dari total populasi. Agama yang diakui terdiri atas agama Islam, Kristen, Protestan, Hindu dan Budha.

Hidup di Indonesia bukan lantas meniadakan keragaman itu, melainkan bagaimana mampu merajut keberagaman, sehingga dapat tercipta harmoni kehidupan.

"Dalam buku 'Akal Sehat' ini dengan tegas diuraikan kita tidak boleh membiarkan politik identitas tumbuh subur, karena dapat menyulut permusuhan dan mengancam persatuan serta kesatuan,” katanya dalam siaran persnya, pada saat meluncurkan buku terbaru berjudul 'Akal Sehat', Rabu (28/8/2019).

Penggunaan politik identitas sangat berbahaya bagi sebuah negara yang multikultural dengan berbagai etnis, suku, ras, agama dan budaya, seperti halnya Indonesia.

Bamsoet yang juga Dewan Pakar KAHMI, tak segan mengingatkan, kehidupan berbangsa dan bernegara dalam dua dekade pasca reformasi dihadapkan pada tantangan menipisnya nilai-nilai keadaban demokrasi. Nilai-nilai keadaban itu berupa kejujuran, partisipasi, gotong royong, toleransi dan musyawarah. 

Sistem nilai yang selama ini terwariskan sejak lama, nyatanya semakin luntur akibat semakin menguatnya arus globalisasi dan modernisasi, sebagai efek negatif dari kemajuan teknologi informasi.

“Dari itulah, buku ini berusaha menyelamatkan akal sehat kita, agar tetap waras dan tak terjebak dalam jurang kegilaan," pungkas Bamsoet.

deha--


Diberdayakan oleh Blogger.