Prestasi Atlet Sulit Berkembang, Kuningan Perlu Dipimpin Bupati Suka Olahraga



KUNINGAN (KN),- Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik Kabupaten Kuningan, H.R. Ayip Syarip Rahmat, mengatakan, Kabupaten Kuningan sulit untuk mengembangkan berbagai prestasi cabang olahraga (cabor) karena perlu dipimpin bupati yang menyukai olahraga.


Hal itu menanggapi tulisan penggiat yang juga mantan atlet sepakbola PESIK Kuningan, Jaka Chaerul, berjudul “Selayang Pandang Keprihatinan Pembinaan Olahraga di Kabupaten Kuningan” yang dimuat di kamangkaranews.com, Minggu (28/3/2021).


Berita terkait : http://www.kamangkaranews.com/2021/03/selayang-pandang-keprihatinan-pembinaan.html


“Sejak dulu Bupati Kuningan menyukai olahraga, mulai M. Djufri Pringadi, Yeng DS Partawinata, Subandi, Arifin Setiamihardja dan Aang Hamid Suganda, berbeda dengan bupati sekarang,” katanya kepada kamangkaranews.com, Senin (29/3/2021).


Tahun 80an orang yang berpotensi di bidang olahraga atau atlet disekolahkan ikatan dinas ke APDN termasuk Jaka Chaerul, Maman Hermansyah dan lainnya karena bupatinya merasa gereget ingin memajukkan PESIK.


Menurutnya, bupati sekarang terlihat tidak hoby olahraga tetapi membesarkan komunitas Mercy touring ke luar kota, misalnya Yogyakarta dan tempat lainnya.


“Itu memang bagus tapi kesannya hanya dimiliki oleh pejabat dan pengusaha berduit saja, yaah minimal PPK  di dinas atau instansi, jadi Kuningan memiliki kendala yang besar untuk memajukan dunia olahraga, memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat,” katanya.


Terkait tulisan penggiat dan mantan atlet sepakbila PESIK yang dimuat di media ini, ia mengatakan, kalau melihat tahun 80an itu terlalu jauh, seharusnya para atlet saat itu mampu melakukan regenerasi dari tiap cabor.


“Sampai kapan pun Kabupaten Kuningan sulit untuk mengembangkan berbagai cabor, apalagi berkompetitif dengan kabupaten kota lain di Jawa Barat, disamping terkendala Covid-19, Kuningan termasuk termiskin di Jawa Barat,” katanya.


Untuk pengembangan cabor perlu perhatian serius dari Pemda Kuningan, kalau KONI hanya sebatas organisasi profesi yang tidak punya otoritas, baik dari segi penganggaran maupun dari berbagai kebijakan.


“KONI hanya wadah menghimpun potensi olahraga, sementara penganggaran  tidak bisa lepas dari sebuah organisasi,” katanya.


Pemda Kuningan sebetulnya belum punya gereget terhadap olahraga, terbukti sampai saat ini tidak ada dinas khusus yang menangani olahraga (Disorda).


Dari dulu olahraga selalu digabungkan dengan dinas lain, pernah digabung dengan Disdik (Disdikpora) sekarang dengan Pariwisata (Disporapar) sementara kalau ada agenda secara vertikal mengenai olahraga seolah menjadi tamu di rumah sendiri.


Sehingga silih tarik ulur kebijakan antara Menpora dengan Menparpostel, menjadi  jelimet (urusan itu ruwet sampai kepada hal yang kecil-kecil, red) yang pada akhirnya penguatan anggaran pun melemah, apalagi kepala dinasnya tidak profesional.


Kalau dilihat lebih jauh lagi, masih banyak kekurangan perhatian dari Pemda Kuningan terhadap kegiatan olahraga, kebanyakan hanya bersifat seremonial.


Targetnya mencari massa untuk kepentingan politik bukan mencari bibit-bibit atlet yang terbaik untuk keberhasilan dunia olahraga.


“Selama ini Pemda Kuningan belum bisa menempatkan kepala dinas yang mumpuni terkait dengan olahraga (Disdikpora maupun Disporapar) bahkan Disporapar hanya dijadikan batu loncatan saja, ujung-ujungnya ingin ke dinas yang lebih besar,” pungkasnya.


deha

Diberdayakan oleh Blogger.