Program Sekolah Karang Taruna Berkolaborasi Dengan Lembaga Lain
KUNINGAN (KN) Prinsip
Sekolah Karang Taruna tidak mutlak sekolah yang dilaksanakan oleh Karang Taruna
itu sendiri tapi kolaborasi dari semua kemampuan menjadi satu tujuan. Di
sekolah ini punya 9 program yang dirancang.
Hal itu
dikatakan Ketua Karang Taruna Kabupaten Kuningan periode 2020-2025, Elon
Carlan didampingi pengurus lainnya, kepada sejumlah wartawan yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Kuningan
Bersatu (ANARKIS) di RM Oenyil, Cigugur, Senin (22/6/2020).
Pertama Program
Diklat Kepemimpinan Karang Taruna, untuk warga Karang Taruna mulai tingkat desa
hingga kabupaten yang terdapat tiga mata diklat yaitu Empat Pilar Kebangsaan,
Kewiraan dan Kepemimpinan.
Program kedua,
layanan pendidikan kejar paket atau dengan istilah kesetaraan ada paket A (SD),
B (SMP) dan C (SMA) gratis, ini akan dikolaborasikan dengan lembaga-lembaga
yang sudah jalan seperti PKBM.
“Kenapa
dibebaskan dari biaya karena selama ini program itu gratis bagi tiap warga
belajarnya, hanya memang dalam klausul Undang-Undang Pendidikan, lembaga boleh
memungut partisipasi masyarakat, padahal uang dari pemerintah cukup, kami ingin
kampanyekan ke depan semua harus gratis,” katanya.
Hal itu bukan
tanpa alasan atau bukan Karang Taruna yang membiayai, tapi dari pemerintah
pusat dan provinsi sudah memberikan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) untuk
program paket A, B dan C yang sekarang sudah mencapai Rp25 Miliar.
“Namun bukan
berarti Karang Taruna yang akan melaksanakan pendidikan paket A, B dan C
sehingga ada kesan mengambil para peserta didik tapi membantu mencari orang
yang ingin sekolah kesetaraan itu dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masing-masing PKBM,” katanya.
Program ketiga,
Kursus dan Pelatihan bekerja sama dengan lembaga lain dan dunia usaha, baik di
Kuningan, luar Kuningan, bahkan luar negeri.
“Misalnya dengan
ASTRA, kami tinggal membuka bursa kerja yang dibutuhkan oleh ASTRA sumber daya apa,
saya kumpulkan orang-orang dan standarnya terpenuhi atau tidak, yang melatih
dan memanfaatkan orang tersebut adalah ASTRA, sedangkan Karang Taruna hanya
sekedar mengajak menyampaikan informasi kepada masyarakat,” katanya.
Dengan kata
lain, Sekolah Karang Taruna memfasilitasi bukan sebagai pelaksana kursus dan
pelatihan berbagai keterampilan seperti teknik computer, elektro dan otomotif
serta lainnya, sehingga muncul kekhawatiran lembaga pelatihan merasa tersaingi.
Keempat ada
program Taman Bacaan Masyarakat dan Tahfizd Qur’an, sebagai sarana terhimpunnya
sumber informasi mengenai desa dan kelurahan se-Kabupaten Kuningan sampai
sejarah Kuningan.
“Tujuan kami
ingin memaksakan persekolahan di Kuningan agar mengetahui tentang daerah
sendiri, karena dalam kurikulum tidak bisa maka di non formal bisa dipaksakan
dan nanti para siswa di masing-masing sekolah diarahkan untuk berkunjung ke
Taman Bacaan di Sekolah Karang Taruna,” katanya.
Selain itu juga tersedia
berbagai keilmuan dan gedung di Sekolah Karang Taruna akan dijadikan ajang bagi
generasi muda Kuningan untuk kegiatan lokakarya, seminar, symposium atau dialog
yang nanti pematerinya mampu memberikan motivasi kepada generasi muda.
“Ruang-ruang
dialognya akan kami giring ke ruang yang produktif, bukan berarti di media
sosial tidak produktif tapi kalau pondasinya belum kuat kan jadi nyeleneh, saya
akan undang sedikit demi sedikit para ketua OSIS di sekolah, para mahasiswa,”
katanya.
Ia berharap akan
tercipta generasi muda di Kabupaten Kuningan yang seimbang antara intelektual,
emosional dan spiritual, sehingga nantinya tahun 2025 Kabupaten Kuningan
memiliki generasi muda yang produktif.
Program lainnya
bisa berkolaborasi dengan Tim Penggerak PKK Kabupaten Kuningan dalam kegiatan Sekoper
Cinta, karena Karang Taruna tersebar di setiap desa kemungkinan pelaksanaan
Sekoper Cinta membutuhkan tutor.
“Saya ingin di
setiap kecamatan terdapat Sekolah Luar Biasa (SLB) dan tidak didirikan oleh
Karang Taruna karena tugas saya menjagak orang atau organisasi yang punya
kemampuan mendirikan SLB dan ternyata kan ada, tahun ini ada yayasan di Subang
yang siap membuka SLB di sana, di Cigandamekar juga ada dan Salajambe,”
katanya.
Bukan hanya itu,
ia pun ingin mendirikan perguruan tinggi, alasannya sudah ada gedung yang memadai,
untuk setingkat Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) yang akan
diberi nama STKIP Karang Taruna.
“Kami mengambil
segmen pendidikan itu adalah nomor satu dari sekian banyak urusan-urusan yang
harus disentuh Karang Taruna, misalnya soal bansos dan lainnya tapi kami
meyakini hal yang fundamental ialah pendidikan,” katanya.
Post a Comment