Perlu Metode Baru untuk Pencegahan Korupsi



JAKARTA (KN),- Untuk mengurangi laju korupsi di Indonesia, pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru terpilih agar lebih serius untuk mencegah terjadinya korupsi.

Hal itu dikatakan anggota Komisi 2 DPR RI, Yanuar Prihatin, kepada kamangkaranews.com melalui WhatsAppnya, Sabtu (14/9/2019). 

Selama ini KPK terkesan lebih populer sebagai pemberantas korupsi, bukan pencegah korupsi. Sekarang sudah saatnya KPK merumuskan dan menetapkan langkah yang lebih tepat dan benar untuk pencegahan korupsi.

“Kita harus fokus juga pada tindakan preventif, bukan semata represif. Sesuai undang-undang, salah satu tugas pokok KPK adalah pencegahan korupsi,” ujar politisi PKB ini.

Menurut Yanuar, apa yang dilakukan KPK untuk mencegah terjadinya korupsi masih kurang, belum fokus dan masih terkesan parsial. Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan anti korupsi harus ditingkatkan, baik kuantitas eventnya maupun target peserta serta eskalasi wilayah dan institusi sasaran.

“Materi, substansi dan kurikulum pendidikan anti korupsi harus disempurnakan ke arah penyadaran diri yang sesungguhnya,” ujar Ketua DPP PKB ini.

Pendidikan anti korupsi harus mampu menggugah tumbuhnya kesadaran baru yang sangat kuat diantara penyelenggara negara bahwa pencegahan korupsi yang paling efektif adalah diri sendiri. Setiap individu penyelenggara negara harus memiliki filter dan kendali diri yang tulus dan kokoh untuk tidak berbuat korupsi.

“KPK bisa melibatkan banyak pihak terkait yang kompeten untuk membantu mendiskusikan dan merumuskan metodologi yang paling efektif untuk pencegahan korupsi,” katanya.

Ia yakin, pimpinan KPK yang baru bisa lebih terbuka untuk menerima ide-ide baru yang lebih baik tentang pencegahan korupsi.

Yanuar Prihatin menegaskan, korupsi terjadi bukan semata karena terbukanya peluang, lemahnya prosedur dan buruknya sistem. Lebih dari itu, budaya korupsi mudah tercipta dan menular di kalangan individu yang oportunis, lemah integritas, anti moralitas dan memiliki kesadaran diri yang palsu.

“Pencegahan korupsi yang efektif harus mampu menyentuh dan menggugah sisi alam bawah sadar yang sangat subyektif dan individual ini,” kata politisi yang dikenal sebagai motivator tersebut.

deha--


Diberdayakan oleh Blogger.