Banyak Warga Tidak Tahu Manfaat Divaksin, Dinkes Harus Tingkatkan Sosialisasi



KUNINGAN (KN),- Berdasarkan informasi yang disampaikan warga Lamepayung dan Sawahwaru, Kelurahan Kuningan serta Blok Pasantren Kelurahan Winduhaji, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, ternyata masih banyak yang tidak mengetahui manfaat divaksin COVID-19.


Bahkan diantaranya menolak divaksin dengan berbagai alasan yang terkadang lucu mendengarnya dan fenomena seperti itu kemungkinan bisa saja terjadi di tempat lainnya.


Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik Kabupaten Kuningan, H.R. Ayip Syarip Rahmat, ketika diminta pendapatnya, mengatakan, pada umumnya masyarakat terkait dengan vaksin COVID-19 (Sinovac) kurang memahami.


“Sementara informasi sumbang tentang vaksin Sinovac di masyarakat cukup menguat,” kata pria yang akrab dipanggil Kang Ayip, kepada kamangkaranews.com, melalui WhatsApp, Rabu (17/3/2021).


Contoh soal beredar video ASN  pas disuntik vaksin Sinovac langsung pingsan bahkan ada yang meninggal dunia, hal ini merupakan sebuah tantangan bagi Tim Pencegahan COVID-19 dari mulai tingkat pusat, daerah bahkan desa.


“Khusus di Kabupaten Kuningan, Dinas Kesehatan sebagai leading sector agar proaktif  dan kreatif mengantisipasi suara sumbang di tengah-tengah masyarakat tersebut,” ucapnya.


Disamping melakukan sosialisasi vaksin secara berjenjang dan bertahap, juga terus  melakukan pendataan yang optimal sehingga dapat mengevaluasi dan memproteksi hasil penanganan ke depan.


Oleh karena itu, Kadis Kesehatan diharapkan untuk lebih bekerja ekstra, bahkan terjun langsung sampai ke tingkat bawah di seluruh Kabupaten Kuningan, jangan hanya bekerja di meja dan menunggu laporan dari bidang.


"Kalau sosialisasi ini dilakukan seperti itu, Insya Allah pemahaman masyarakat terhadap vaksin Sinovac akan lebih meningkat dan COVID-19 akan tertangani, baik antisipasi maupun penyembuhannya," katanya.


Menurutnya, jangan sampai dana penanganan COVID-19 yang begitu besar hanya dipakai kegiatan kurang efektif, tidak kelihatan ada kegiatan penanganan.


Ia juga mengkritisi penyemprotan disinfektan yang dilakukan UPT Pemadam Kebakaran.


“Kapan penyemprotan disinfektan massal dilakukan ?, sudah berapa kali ? kan kita bisa lihat sendiri,” katanya.


Padahal laporan kegiatan penyemprotan saja mungkin disampaikan beberapa kali dan setiap penyemprotan menghabiskan jutaan rupiah, yang jelas tindakan preventifnya atau pencegahannya tidak kelihatan tapi biaya operasionalnya bisa lebih tinggi.


Penyemprotan disinfektan itu biasanya permintaan masyarakat atau kepala desa di wilayah tertentu, jika ada warga diduga terinfeksi COVID-19, meskipun belum jelas diagnosanya apakah karena penyakit bawaan ataukah memang terinfeksi Corona.


“Penyemprotan secara massal yang sudah kelihatan rutin hanya di Taman Kota dan itu pun jika sudah terjadi kerumunan massa pasca Car Free Day,” katanya.


Kang Ayip berharap, sebaiknya penyemprotan itu dilakukan tanpa ada permintaan tetapi berdasarkan kajian data karena keinginan masyarakat itu kan relatif, artinya ada masyarakat yang proaktif tapi ada pula yang pasif alias masa bodoh.


“Kalau penyemprotan dilakukan berdasarkan permintaan masyarakat berarti tidak  punya progress dong dan tidak punya target karena tidak punya program,” tandasnya.


Sementara itu, Kadis Kesehatan, Susi Lusiyanti, ketika dikonfirmasi melalui WhastApp tidak merespon, hingga berita ini dibuat yang bersangkutan tidak memberikan jawaban.  


deha


Diberdayakan oleh Blogger.