Presiden Ingin Duta Besar Berperan Sebagai Duta Ekspor
JAKARTA
(KN),- Presiden Joko Widodo mendorong para duta besar agar turut berperan
sebagai duta ekspor bagi negara karena persoalan defisit neraca perdagangan
telah dialami oleh Indonesia selama bertahun-tahun. Salah satu cara untuk
menyelesaikannya, selain dengan menggenjot investasi, adalah dengan
meningkatkan ekspor.
Hal itu
dikatakan ketika membuka Rapat Kerja (Raker) Kepala Perwakilan Republik
Indonesia dengan Kementerian Luar Negeri yang dihadiri oleh 131 Kepala
Perwakilan dan Eselon I Kementerian Luar Negeri, di Istana Negara, Jakarta, Kamis
(9/1/2020).
Menurut
Presiden, salah satu penyebab defisit neraca perdagangan yang tak kunjung
selesai adalah karena selama bertahun-tahun Indonesia selalu fokus pada
pasar-pasar tradisional dan negara-negara besar saja seperti Amerika Serikat,
Uni Eropa atau Tiongkok. Padahal, potensi pasar-pasar lain di dunia masih
sangat besar untuk digarap.
"Padahal
sekarang justru negara-negara yang sedang berkembang, yang pertumbuhan ekonominya
di atas 5 persen itu banyak sekali. Memang tidak besar, kecil-kecil, tapi kalau
dikumpulkan juga akan menjadi sebuah jumlah yang sangat besar," ujar
Presiden.
Potensi
pasar nontradisional tersebut misalnya di negara-negara Afrika, di mana banyak
negara yang ekonominya tumbuh di atas 5 persen. Terkait hal tersebut, Presiden
meminta para duta besar jeli melihat dan menginformasikan peluang yang ada di
negara tersebut.
"Ini
tolong betul-betul dilihat dan diinformasikan ada peluang apa di situ? Sehingga
di sini mengerti dan bisa mengolah. Kementerian Luar Negeri mendapatkan
informasi, diolah dalam rapat terbatas, kemudian kita putuskan siapa yang harus
menyelesaikan itu, barangnya yang dibutuhkan apa. Intelligent marketing seperti
ini yang diperlukan sekarang ini. Sehingga kita bisa masuk ke pasar-pasar
Afrika, produk-produk apa yang diperlukan di sana, bisa masuk," jelasnya.
Secara
khusus, Presiden menyebut bahwa pasar-pasar di Afrika itu potensial untuk
produk-produk usaha kecil dan menengah Indonesia. Hal tersebut mengingat
negara-negara tersebut belum menerapkan standar kualitas yang terlalu ketat.
"Yang
saya senang sebetulnya kalau kita bisa masuk ke pasar-pasar di Afrika itu, yang
banyak itu produknya usaha kecil dan menengah itu bisa masuk ke sana. Karena
apa? Untuk urusan kualitas masih belum memiliki standar yang sangat
ketat," imbuhnya.
Selain
Afrika, Presiden melihat negara-negara di Asia Tengah, Asia Selatan, dan Eropa
Timur juga memiliki potensi yang besar. Untuk itu, ia meminta para dubes yang
bertugas di negara tersebut bisa mengidentifikasi peluang yang ada.
"Perintahkan
staf-staf yang berkaitan dengan ini untuk melihat, untuk mencari tahu, mencari
data, siapa yang memerlukan, jumlahnya berapa, namanya siapa. Semuanya harus
teridentifikasi dan kita tahu betul," sambungnya.
Sumber : Biro
Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
Post a Comment