Satu Abad Nahdlatul Ulama : Afirmasi Pemanusiaan Manusia Seutuhnya



Oleh : H. Yusron Kholid.

Nahdlatul Ulama sebagai jam'iyah terbesar di dunia berkehendak luhur untuk lebih berkontribusi nyata  dalam Merawat Jagat Membangun Peradaban dengan tetap mengedepankan mission Rahmatan Lil Alamin dalam bingkai karakter bangsa Indonesia yang konsisten berpenegasan kedamaian abadi sebagai cita utama manusia dalam pergaulan dunia.

Ikhtiar pewaris para ulama Indonesia sebagai bagian Waratsatul Anbiya, tidaklah bersifat ujug-ujug atau sim salabim, mengingat kiprah Nahdlatul Ulama telah teruji dan terbukti baik secara nasional maupun internasional.

Keterujian itulah yang hendak NU tebarkan dalam semangat membangun peradaban dengan meneguhkan prinsip Pemanusiaan manusia seutuhnya dan seluruhnya.

Nahdlatul Ulama ingin merespon serta mengadaptasi dinamika perubahan zaman yang terus berkemajuan pikir serta teknologi dengan segala kecangihannya.

NU berpandangan bahwa siapapun baik perseorangan, kebangsaan maupun kebernegaraan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang kian maju dan dinamis, maka mereka akan tertinggal dan menjadi objek dari jaringan pengambil kebijakan yang terus berkemajuan.

Salah satu contoh faktual, ketika pemikir dunia menemukan mesin uap, energi listrik sampai sistem komputerisasi, maka negeri negeri yang tidak bersegera beradaptasi tentu menjadi korban atas ketertinggalannya itu.

Fakta lainnya bahwa perang dunia pertama dimenangkan oleh kelompok negara yang memiliki pesawat tempur dengan perangkat canggih lainnya.

Memasuki zaman 4.0 atau sering disebut era disrupsi telah nyata bergeser bahwa betapa urgennya kolaborasi desain industrialisasi dan digitalisasi yang mengawal kebutuhan kehidupan manusia secara global.

Orang beli makanan tidak mesti ke warung apalagi ke pasar, karena fasilitas go-pay, go-food dan go-go lainnya sudah semakin luar biasa mudahnya.

Jika kemajuan peradaban tidak dibingkai dengan pondasi agama, maka dipastikan peradaban di belahan bumi hanya didasarkan kekuatan dan kekuasaan komunitas tertentu yang bersifat semu dan temporer.

Itulah sebabnya Jam'iyah NU patut meneguhkan penguatan kediriannya bersama internal jama'ah sebagai tawaran solutif dalam merawat jagat membangun peradaban.

Selamat menempuh Abad Kedua, semoga Nahdlatul Ulama lebih dirasakan kebermanfaatannya dalam membekali serta memuliakan semangat Ukhhuwah Islamiyah, Ukhhuwah Basyariyah dan Ukhuwah Wathoniyah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia serta sukses sinergis berpenguatan merawat jagat membangun peradaban.

Wallahul muwafiq ilaa aqwamiththoriq....
 
Penulis : Mustasyar PC NU Kabupaten Kuningan.

Diberdayakan oleh Blogger.