BEM Nusantara Perlu Maksimalkan Ruang Dialog Konstitusional




YOGYAKARTA (KN),- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara perlu mendorong dan memaksimalkan ruang-ruang dialog konstitusional.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, dalam keterangan pers yang disampaikan melalui whatsapp, ketika Temu Nasional ke-13 BEM Nusantara di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (8/6/2022).

"Demokrasi pasca reformasi 1998 memiliki ruang yang terbuka untuk menyampaikan aspirasi, saran dan kritik kepada pemerintah," kata Yudian.

Dikatakan, latar belakang historis politik Indonesia, mahasiswa dan anak muda banyak memegang peranan penting.

Oleh karenanya, perjuangan kemerdekaan nasional tidak akan mungkin terjadi jika tidak ada mahasiswa STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen).

"Melihat sejarah tersebut, aspirasi dan kritik yang diprakarsai oleh gerakan mahasiswa memberi kontribusi penting dalam perubahan sosial di Indonesia, maka penting membangun dialog antara mahasiswa dengan pemerintah," ujarnya.

Pilihan yang mengedepankan dialog ini adalah bukti mahasiswa sudah memberi teladan bagaimana menjalankan harakah (gerakan, usaha, aktivitas)  dengan prinsip non-kekerasan, tawassuth (moderasi), tasamuh (toleransi), tawazun (proporsional) dan i’tidal (tidak berat sebelah).

Itu semata-mata untuk menjalankan prinsip-prinsip 'fikrah siyasah', yang sama artinya dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, Pancasila sudah dipraktikkan dalam tindakan.

Ia  berpesan, BEM Nusantara untuk terus mengawal agenda kebijakan pemerintah yang berorientasi pada kemaslahatan umat dan bangsa.

"Kami berharap mahasiswa bisa terus mengawal agenda kebijakan pemerintah yang berorientasi pada kemaslahatan umat dan bangsa. Mari kita wujudkan bangsa Indonesia yang cerdas, cinta tanah air, adil dan sejahtera," pungkasnya.

Tim redaksi.
Diberdayakan oleh Blogger.