Apa itu Stunting Pada Anak ?



Mungkin pembaca pernah mendengar nama stunting. Namun tidak semuanya mengetahui apa itu stunting ?. Pada kesempatan ini kami menyajikan informasi mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Stunting menjadi perhatian pemerintah pusat hingga daerah melalui leading sektor Kementerian Kesehatan RI serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak 2016 telah menggulirkan Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS). Komponen utama ProGAS adalah peningkatan asupan gizi, pendidikan gizi dan penguatan karakter.

Misalnya di Kabupaten Kuningan ProGAS dilaksanakan sejak Bulan Mei 2018 untuk 10 sekolah dasar yang berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawigebang 6 SD dan Cigugur 4 SD.

Bantuan yang diberikan yaitu biaya pengadaan makanan kepada setiap siswa Rp. 15.000 melalui sekolah  yang ditunjuk. Dana tersebut dipergunakan untuk pertambahan gizi siswa dalam bentuk sarapan pagi dengan menu yang mengandung protein, karbohidrat, sayur dan buah yang diwujudkan dalam bentuk sarapan selama 108 hari makan anak.

Menurut Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% diatas ambang batas yang ditetapkan WHO (20%). Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan, balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.

Untuk menekan angka tersebut, masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral serta buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan, kondisi konsumsi makanan ibu hamil dan balita tahun 2016-2017 menunjukkan di Indonesia 1 dari 5 ibu hamil kurang gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein, 7 dari 10 balita kurang kalori, serta 5 dari 10 balita kurang protein.

Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek dan hipertensi. Selain itu juga, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Untuk mencegahnya, perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja perempuan agar pada saat dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi. Selain itu butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air bersih. (*)

*) Dadang Hendrayudha, dari berbagai sumber.


Diberdayakan oleh Blogger.