Pemberdayaan Ibu Tunggal di Desa Gandasoli: Olah Ubi Jalar Jadi Produk Bernilai Tambah Melalui Ekonomi Sirkular


KUNINGAN,- Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia (RI), sukses dilaksanakan di Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.





Program bertajuk “Pemberdayaan Ibu Tunggal dalam Rangka Meningkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian melalui Ekonomi Sirkular", difokuskan pada pemanfaatan hasil panen ubi jalar yang selama ini kurang termanfaatkan.

Kegiatan ini dipimpin oleh Nurul Siti Jahidah, M.E sebagai Ketua Tim, yang beranggotakan Oktaviani Rita Puspasari, M.Si., Ak., CA., dan Neng Evi Kartika, MM., yang merupakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Kuningan (Uniku) dengan menyasar Komunitas Srikandi Gandasoli, yang beranggotakan 20 orang Ibu tunggal.

"Mereka dipilih sebagai mitra karena termasuk kelompok rentan secara ekonomi, namun memiliki potensi besar dalam mengembangkan usaha berbasis pertanian. Desa Gandasoli dikenal sebagai salah satu penghasil ubi jalar terbesar di Kabupaten Kuningan,” kata Nurul Siti Jahidah, M.E., Kamis (18/9/2025).

Menurut data BPS 2023, masih kata Nurul, Desa Gandasoli ini menyumbang 5.999 ton ubi jalar per tahun, menempati urutan keempat setelah Cilimus, Cigandamekar, dan Jalaksana. 

"Sayangnya, sebagian besar hasil panen tidak terserap industri karena tidak memenuhi standar ukuran dan kualitas pabrik,” katanya lagi.

Ia menerangkan, ubi jalar yang ditolak tengkulak ini seringkali menumpuk di lahan terbuka dan hanya digunakan sebagai pakan ternak atau bahkan terbuang percuma.

"Kondisi tersebut mencerminkan inefisiensi rantai pasok pertanian sekaligus membuka peluang penerapan ekonomi sirkular, yakni mengubah limbah pertanian menjadi produk bernilai tambah,”terangnya.

Program PKM ini yang diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 4 Agustus 2025 lalu, dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Desa, perwakilan komunitas, dan akademisi.

"FGD membahas strategi optimalisasi potensi ubi jalar dan penguatan kapasitas Ibu tunggal dalam mengembangkan usaha berbasis ekonomi sirkular," katanya.

Selanjutnya, pada tanggal 14 Agustus 2025, tim pelaksana mengadakan pelatihan pengolahan ubi jalar menjadi kremesan dan mustofa ubi. “Pelatihan ini dipandu langsung oleh Ketua Tim, dengan memberikan praktik pengolahan sederhana namun bernilai jual tinggi," ujarnya.

Menurutnya, peserta tidak hanya diajarkan teknik pengolahan, tetapi juga pemahaman tentang keunggulan ekonomis ubi jalar dibandingkan kentang.

"Harga ubi jalar jauh lebih murah, hanya sekitar 30 persen dari harga kentang, dengan rasa dan tekstur yang tetap renyah dan gurih. Bahkan, proses pengolahan ubi lebih mudah, sehingga sangat sesuai untuk usaha rumahan Ibu tunggal,” ujarnya lagi.

Baru pada tanggal 4 September 2025, Oktaviani Rita Puspasari Si., Ak., CA memberikan pelatihan manajemen keuangan, dilanjutkan 11 September 2025 dengan pelatihan pemasaran digital oleh Neng Evi Kartika, MM.

"Materi mencakup strategi promosi melalui media sosial, marketplace, hingga pengemasan produk yang menarik agar mampu bersaing di pasar modern. Selain itu, diadakan pula pelatihan NIB dan PIRT kepada anggota komunitas sebagai langkah awal untuk meningkatkan legalitas usaha serta memberikan pemahaman tentang pentingnya perizinan dalam pengembangan produk,”ucap Nurul.

Sebagai bentuk dukungan nyata, tim PKM juga menyerahkan alat produksi yang berasal dari hibah PKM DPPM Kemdiktisaintek, meliputi kompor dan tabung gas, timbangan, mesin pengiris ubi, mesin sealer, wajan penggorengan kapasitas besar, spinner peniris minyak, serta perlengkapan kemasan pengiris ubi, mesin sealer, wajan penggorengan kapasitas besar, spinner peniris minyak, serta perlengkapan kemasan.

"Setiap anggota komunitas mendapatkan bantuan alat ini beserta dengan bahan baku agar bisa langsung mempraktikkan keterampilan yang diperoleh serta menjaga kesinambungan produksi,” katanya.

Diakhir keterangannya, Nurul menjelaskan, bahwa program ini bukan hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga membangun kemandirian dan kepercayaan diri Ibu tunggal.

"Dengan sedikit dukungan dan pelatihan, Ibu-ibu Srikandi Gandasoli bisa mengubah ubi jalar yang sebelumnya terbuang menjadi produk bernilai jual, sekaligus membuka jalan menuju kemandirian ekonomi," terangnya.

Nurul berharap, dengan dukungan hibah PKM DPPM Kemdiktisaintek dan kolaborasi semua pihak, Desa Gandasoli diharapkan menjadi contoh sukses penerapan ekonomi sirkular berbasis pertanian.

"Sekaligus menunjukkan bahwa kelompok rentan seperti Ibu tunggal mampu menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang tangguh dan berdaya,”pungkasnya penuh harap.

Sementara itu, program pemberdayaan ini disambut antusias oleh Komunitas Srikandi Gandasoli. salah satu peserta yaitu Ibu Mimi Maryami (51 tahun), mengaku sangat terbantu dengan adanya program tersebut.





"Selama ini ubi jalar yang tidak dibeli tengkulak hanya saya berikan untuk ternak. Tapi setelah ikut pelatihan, saya jadi tahu kalau ubi ini bisa diolah jadi makanan yang enak dan bisa dijual. Ditambah lagi kami diberi alat, jadi bisa langsung praktik produksi. Saya jadi lebih semangat karena punya peluang baru menambah penghasilan," ujarnya.

Hal serupa diungkapkan Ibu Lilis (45 tahun), mengatakan, bahwa ia tidak hanya diajarkan cara membuat produk, tetapi juga mengelola uang usaha dan menjual produk lewat HP.

"Dengan alat yang diberikan, produksi jadi lebih cepat. Saya merasa percaya diri karena ternyata kami bisa bersaing kalau produknya dikemas dengan bagus dan dipasarkan lewat internet,” ungkapnya. (Rls/Sep)


Diberdayakan oleh Blogger.