Anies dan Magnet Perkawinan Kebangsaan



Oleh : H. Yusron Kholid, M.Si

DEKLARASI bakal calon Presiden RI tahun 2024 oleh Partai Nasdem yang mendaulat Anies Rasyid Baswedan direspon publik sebagai langkah berani dalam bingkai semangat perubahan dan perbaikan, bahwa kepentingan bangsa dan negara diatas segalanya.

Penegasan pilihan dimaksud diyakini berdasar pendalaman yang seksama atas kinerja Anies sebagai Gubernur DKI, popularitas, elektabilitas serta terpenting integritasnya sebagai figur yang siap meneguhkan komitmen continuity end change menuju bangsa yang lebih bermartabat dan berwatak Indonesia.

Anies dipandang mampu melakukan perubahan dan perbaikan dengan tetap melanjutkan program lama yang baik serta mengkreasi program baru yang lebih baik. Almuhafadzatu 'ala qodimi shalih wal ahdu bil jadidil ashlah.

Dalam acara deklarasi itu, terkait siapa yang layak sebagai bakal calon wakil presiden sepenuhnya diserahkan kepada Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden.

Dan tidak lama kemudian, sang bakal capres itu langsung lakukan pemanasan politik dengan silaturahim ke markas Partai Demokrat, yang secara inkrah internal telah mendaulat ketum Agus Harimurti Yudoyono sebagai bakal capres maupun cawapres Partai Demokrat.

Selanjutnya Anies melakukan kunjungan yang sama ke Partai Keadilan Sejahtera. Kedua parpol itulah yang jauh sebelum deklarasi ditenggarai sebagai parpol koalisi bersama antara Nasdem, PD dan PKS.

Persoalannya kemudian, pasca deklarasi awal Oktober 2022, Nasdem belum idhar komandokan struktur partai untuk lakukan langkah penguatan Bacapres di tingkat DPD maupun DPC. Bahkan yang lebih muncul adalah deklarasi dukungan kepada Anies dari para bobotoh dan simpatisan zonder fasilitasi Partai Nasdem.

Strategi yang tengah dimainkan Nasdem dapat saja ada yang menilai ambigu dalam nuansa politik dua kaki.

Memaksimalkan galangan Anies secara massif, beresiko reshufle. Menyerahkan kekuatan seleksi alam, berefek tarik ulur parpol yang siap iqomah bersama Nasdem.

Resiko terburuk dari kesan kegamangan itu antara lain, Anies zonk bersama pendukung dan simpatisan tanpa kejelasan tiket sah sebagai calon presiden RI.

Dalam menakar komitmen faidza 'azamta fatawakkal 'alalloh dari Pak Surya Paloh yang nyata piawai bergaspool politik, tentu konsistensi agenda perkawinan kebangsaan patut mencerminkan kohesifitas dan keterwakilan figur yang seimbang untuk mendampingi Anies sebagai magnet pendulangan suara dari basic Islam dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Tentu keberagamaan Anies (baca keshalihan personal beserta lingkupnya), patut tertimbang dengan keterwakilan figur  cawapres yang memberi support dan booster suara.

Jika Anies disandingkan dengan figur representasi keislaman, dipastikan butuh kesepakatan bersama barisan Islam lintas pelaku sebagaimana ketika Gusdur diaklamasi menjadi presiden RI keempat.

Dengan sebab tersebut diatas, sepertinya publik menunggu respons yang nyata dan sungguh sungguh dari parpol penyepakat awal yakni PD dan PKS untuk konsisten setuju pencapresan Anies Rasyid Baswedan dengan kemungkinan mengikhlaskan cawapresnya dipilih dari figur yang mampu menarik keterwakilan di luar lingkup kesanggupan Anies.

Apakah Khofifah Indar Parawansa, Andika Perkasa, Mahfud MD atau dapat pula Muhaimin Iskandar.

Ya Anies sebagai magnet tentu patut mendapat hamparan dalam perkawinan kebangsaan dalam nuansa mitsaqon gholidzo... ikatan atau perjanjian yang kokoh kuat, luhur dan agung dalam bingkai NKRI.

Wallahu a'lam 

*) Penulis mantan deklarator dan mantan Ketua DPC PBB Kabupaten Kuningan.


Diberdayakan oleh Blogger.