Pidato Puan Maharani Pada Rapat Paripurna DPR RI Menuai Kritik
JAKARTA
(KN),- Pidato Ketua DPR RI, Puan Maharani dalam Pembukaan Masa Sidang III Tahun
Sidang 2019 – 2020, di Gedung
Nusantara DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (30/3) ternyata menuai
kritik dari berbagai kalangan.
Salah
satunya CEO AWR Foundation Open Government Partnership ReThinkbyAWR, Ayuningtyas Widari Ramdhaniar.
“Langkah
antisipasi yang disampaikan oleh Ketua DPR RI, Ibu Puan Maharani mengenai
memperluas daya jangkau Rapid Test sebaiknya menggunakan Swab,” kata Ayuningtyas kepada
kamangkaranews,com melalui WhatsApp, Selasa (31/3/2020).
Menurutnya, Rapid
test corona hanya bisa digunakan sebagai skrining atau penyaringan awal.
Sementara itu untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi COVID-19, hasil
pemeriksaan swablah yang digunakan.
Pemeriksaan
rapid test yang ada di Indonesia, dilakukan menggunakan sampel darah. Sedangkan
pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung
maupun tenggorokan.
“Salah satu
kelebihan pemeriksaan rapid test adalah tes ini cepat dan mudah untuk
dilakukan, tapi kekurangannya tidak bisa mendiagnosis Covid-19,” kata wanita
cantik kelahiran Kabupaten Kuningan yang akrab dipanggil Teh Tyas itu.
Kementerian
Kesehatan Malaysia (KKM) menyarankan masyarakatnya tidak menggunakan teknik Rapid
Test Kit (RTK) yang kini beredar di pasaran untuk mendeteksi COVID-19 karena
hanya mendeteksi antibodi dalam tubuh.
Pemerintah
Malaysia justru menggunakan teknik Real-Time Reverse Transcription-Polymerase
Chain Reaction (RRT-PCR), RRT-PCR COVID-19 yang positif bermaksud individu
tersebut telah dijangkiti oleh virus COVID-19. Keputusan ujian yang tepat
melalui teknik RRTPCR sangat penting dalam pengurusan pasien COVID-19 yang
terdeteksi.
Rapid test
memang sangat cepat hasilnya namun bisa menimbulkan salah tafsir karena bisa
kemungkinan salahnya 30% dan setelah test harus test lagi delapan hari
kemudian.
“Daripada membuang
anggaran yang tidak tepat sasaran, sebaiknya bisa digunakan Swab atau RRTPCR
untuk mendeteksi Covid-19. Soal Rapid test digantilah jadi Swab atau RRT-PCR
(Real Time Reverse Transcription - Polymerase Chain Reaction),” tegasnya.
Kritik lainnya
adalah dengan turunnya nilai tukar rupiah saat ini dan minyak berada dalam
kisaran harga 31-34 USD/barel sementara harga minyak mentah Indonesia atau Crude
Palm Oil (CPO) kemarin naik 1,51%.
Harga CPO
kontrak pengiriman Juni 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) naik 35 ringgit
atau 1,51% ke level RM 2.414/ton. Harga CPO menguat 1,64% pekan lalu. Harga
menguat di tengah kekhawatiran tentang gangguan pasokan karena Malaysia memberlakukan
lockdown satu bulan yang mengganggu aktivitas produksi.
Selain itu
sentimen positif untuk harga CPO juga datang dari penguatan harga minyak nabati
lainnya. Harga minyak kedelai kontrak di bursa komoditas Dalian China menguat
0,81% begitu juga dengan harga minyak sawit yang naik hingga 2,7%.
Kenaikan
harga CPO juga dipicu oleh sentimen dari pelemahan mata uang ringgit terhadap
dolar AS. Kemarin ringgit melemah 0,46% terhadap dolar AS. Ringgit merupakan
mata uang yang digunakan untuk transaksi komoditas CPO.
“Kenapa
Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar dunia tidak menjadikan rupiah sebagai
transaksi komoditas unggulannya?,” tanya Tyas.
Saat ini
setelah Covid-19 usai maka penopang ekonomi negara adalah Palm Oil (CPO)
kebanggaan Indonesia. Dari data tersebut kemarin, meskipun harga CPO juga masih
dibayangi dengan tekanan.
Lockdown
yang diberlakukan India selama tiga minggu menjadi ancaman terbesar bagi
permintaan minyak sawit. Karena India merupakan negara pembeli minyak nabati
terbesar di dunia.
Namun minyak
tak bisa dipungkiri, minyak kelapa sawitlah yang mampu menjaga stabilitas
ekonomi Indonesia. Sebaiknya pemerintah lebih serius menangani palm oil dari
mulai kebijakan, campaign dan distribusi serta penguatan palm oil Indonesia di mata
dunia.
“Jangan hanya
sebagai negara yang dititipin kelapa sawit saja tanpa memiliki power,”
tandasnya.
Pemerintah lebih
fokus terhadap palm oil yang akan memperbaiki perekonomian negara. Karena
update harga palm oil (kemarin) naik 1,51% artinya masih ada harapan meski adanya
lockdown di beberapa negara khususnya India yang pembeli CPO Indonesia terbesar.
“Masa
transaksinya menggunakan ringgit bukan rupiah kan resyeeee padahal semua sawit Malaysia
juga dari Indonesia,” katanya.
deha
Post a Comment